Groundbreaking Meat Ecolodges

Groundbreaking Meat Ecolodges

Pengantar Dari Gaja Toba :

Desa Meat, sebuah permata yang tersembunyi di tepian Danau Toba, dianugerahi pemandangan alam yang menakjubkan dan potensi wisata yang begitu kaya. Lokasinya unik, suasananya tenang, dan keasriannya menjanjikan pengalaman yang tak terlupakan bagi siapa pun yang datang. Sayangnya, meski telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, potensi besar ini belum berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakatnya.

GAJA TOBA —komunitas alumni ITB yang berasal dari kawasan Danau Toba— terpanggil untuk turut hadir dan mendampingi. Sejak pertengahan 2024, Gaja Toba Wilayah Selatan yang dimotori oleh Eko Pardede (GT-00) mulai merintis pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal di Desa Meat, dengan semangat kolaboratif dan cinta kampung halaman.

Langkah-langkah kecil kami awali dari hal yang sering dilupakan: menghidupkan kembali infrastruktur wisata desa yang terbengkalai. Bersama Pemerintah Desa, kami memperbaiki bangunan rusak, lalu mendirikan booth UMKM F&B bersama Toba Experience sebagai titik awal aktivitas ekonomi kreatif.

Kami juga melatih pemuda lokal dalam pengolahan kuliner dan strategi promosi kawasan. Beberapa bahkan kini kuliah di Universitas Terbuka sambil tetap berkarya dari desa—membuktikan bahwa kampung bisa menjadi tempat tumbuh dan maju.

Dukungan operasional pun kami berikan di tahap awal, hingga atraksi dan fasilitas mulai muncul dan menarik lebih banyak wisatawan, membuat operasional berjalan mandiri.

Dalam tiap langkah, kami percaya: "Doa yang terjawab" adalah hasil dari ketekunan dan kolaborasi.
Dan doa itu benar-benar dijawab.

Adalah senior kami, Jonner Napitupulu (GT82)—yang memiliki ikatan hati dengan Desa Meat melalui sang istri—yang menjadi jawaban nyata atas doa-doa kami. Beliau tak hanya hadir memberi semangat, tapi juga turun tangan langsung memberikan dukungan konkret: meja-kursi pelayanan dan perangkat kasir digital untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat.

Yang lebih menggembirakan, beliau menyambut dengan antusias rencana pembangunan fasilitas akomodasi wisata, dan secara pribadi menyatakan komitmen untuk memesan dua unit dari rencana 10 unit cabin/villa yang akan dibangun dan dikelola bersama Pemerintah Desa. Sebuah langkah awal yang membesarkan hati.

Dukungan ini pun menjadi pemantik. Gelombang semangat menyebar. Satu per satu para perantau asal Meat mulai terlibat. Pertemuan demi pertemuan digelar, gagasan disatukan, dan akhirnya… roda pembangunan pun mulai bergerak. Sebuah awal baru yang lahir dari kerinduan akan kampung halaman dan keyakinan bahwa perubahan dimulai dari mereka yang peduli.

Dan puncaknya, pada April 2025 lalu, Gubernur Sumatera Utara Bobby Nasution dan Gubernur Maluku Utara Sherly Tjoandra, didampingi Bupati Toba Effendi Napitupulu, melangkahkan kaki mereka ke Desa Meat.

Di tengah alam yang tenang dan udara yang sejuk, mereka duduk bersama di meja-kursi sederhana—buah dari kasih dan kepedulian GAJA TOBA.

Bukan sekadar kunjungan. Bagi kami, itu adalah momen pengukuhan, bahwa upaya kecil ini diakui, diterima, dan layak dilanjutkan.

Hari ini, di Desa Meat, kami semua merasakan sesuatu yang lebih besar: sebuah babak baru telah dibuka, dan dengan hati penuh syukur, kami siap melangkah ke tahap pembangunan.

Groundbreaking Meat Lakefront Ecolodges: Kolaborasi Perantau dan Masyarakat Lokal untuk Masa Depan Bonapasogit

Meat, 1 Mei 2025 – Sebuah momentum penting bagi kawasan Danau Toba terjadi pada tanggal 1 Mei 2025, ketika acara groundbreaking proyek Meat Lakefront Ecolodges secara resmi dilaksanakan di Desa Meat, Kecamatan Tampahan, Kabupaten Toba. Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah Desa Meat, Camat Tampahan, Dinas Pariwisata Kabupaten Toba, Disparpora Humbahas, Pimpinan PT. Inalum Indonesia, Ganesha Operation Balige, perwakilan Yayasan TB Soposurung, serta masyarakat dan tokoh perantau Gaja Toba.

Untuk tahap pertama, akan dibangun 10 unit villa(cabin),dimana unit ini dibeli oleh para perantau asal desa Meat dan Gaja Toba. Dengan kerjasama lahan dengan pemerintah desa. Dari pengelolaan Desa akan mendapat bagi hasil, lowongan pekerjaan bagi warga lokal, pelatihan profesional. Kerjasama Built Operate Transfer dengan masa pengelolaan selama 30 tahun.

Dalam sambutannya, Jonner Napitupulu, alumni senior dan penasihat Gaja Toba, menyatakan dukungannya atas pembangunan di Desa Meat yang diyakini akan meningkatkan konektivitas kawasan wisata tepi Danau Toba. Ia menekankan pentingnya dukungan pemerintah daerah untuk pembangunan infrastruktur pendukung, seperti perbaikan akses jalan dan jalur transportasi umum berbasis air yang menghubungkan Balige dengan berbagai destinasi wisata Danau Toba.

“Kami percaya kawasan ini memiliki potensi besar. Tapi butuh akses. Jalan harus diperbaiki, danau harus dimanfaatkan sebagai jalur transportasi. Bayangkan jika Balige terhubung langsung lewat danau ke objek-objek wisata lainnya,” ujarnya.

Ia juga mengajak para perantau untuk tidak hanya bernostalgia, tetapi turut berinvestasi dan membangun Bonapasogit melalui proyek ini.

Sementara itu, Eko Pardede, alumni Gaja Toba yang dipercaya memimpin pembangunan Meat Lakefront Ecolodges, menyampaikan pentingnya pelibatan generasi muda lokal dalam proyek ini.

“Kami tidak hanya membangun penginapan, tapi juga membuka peluang kerja dan pendidikan bagi anak-anak muda Meat. Mereka bisa bekerja di sini sambil kuliah di Universitas Terbuka. Dengan begitu, mereka bisa mandiri, membantu orang tua, dan tetap tinggal serta membangun kampung halaman,” jelas Eko.

Ia menyoroti tantangan sosial budaya masyarakat Batak yang umumnya langsung merantau setelah sekolah, meninggalkan kampung halaman yang kemudian diisi oleh tenaga kerja dari luar.

“Kalau semua merantau, siapa yang akan bangun kampung ini? Kita bisa tetap maju tanpa harus pergi jauh. Mari sebagian dari kita tinggal dan membangun Bonapasogit, agar kita tidak menjadi tamu di tanah sendiri.”

Groundbreaking ini bukan sekadar simbol dimulainya pembangunan fisik, tetapi juga sebuah ajakan kolaboratif antara perantau, masyarakat lokal, dan pemerintah untuk bersama-sama membangun Danau Toba sebagai destinasi wisata kelas dunia, tanpa kehilangan jati diri dan nilai gotong royong.


Urupi, Membantu Memperindah Bonapasogit — dari Kita, oleh Kita, untuk Kita.

Related Posts: